Senin, 16 Oktober 2017

Mengabdi di Tanah Kelahiran

Begitulah yang kukatakan ketika lulus menjadi salah satu Panwascam di Kota Makassar. Pulang kampung, begitulah ceritanya.

Aktivitas setelah menyelesaikan studi S1 di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Kota Makassar, adalah hijrah ke Mamuju, yang saat itu masih sekitar 5 tahun berpisah dengan Provinsi Sulawesi Selatan. Hingga pada akhirnya saya pun kembali ke Makassar, untuk menuntut ilmu kembali pada Perguruan Tinggi ku yang dulu. 

Universitas Hasanuddin, merupakan salah satu Perguruan Tinggi ternama di Kota Makassar, di karenakan banyaknya pelajar, maupun orang tua yang menginginkan kuliah di Unhas. Saya tidak akan membahas terkait apa yang dipunyai Unhas untuk menarik minat mahasiswa. :D

Mendekati penyelesaian studi ke-2 di Perguruan Tinggi ternama itu, saya pun hijrah lagi ke Luwu Timur, yang katanya beberapa tahun ke depan akan cerai dengan Provinsi Sulawesi Selatan. Entah tahun berapa. Sumber APBD Sulsel terancam. :D Di Kota ini (Kab. Luwu Timur) berencana untuk menetap, dikarenakan hampir mirip dengan Mamuju, mau ke Pantai, ke Sungai tidak perlu jauh-jauh. Dan keasriannya masih terjaga. Ada hal yang menarik di Luwu Timur, suhu politik tidak terlalu kencang dan berlarut-larut.

Akan tetapi, siapa yang tahu bahwa saya akan lulus menjadi Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan Mamajang. Jalan Allah SWT, mengarahkanku untuk mengabdi di Tanah Kelahiranku. Makassar.

Jumat, 26 Agustus 2016

Berdaya Hijau

Saat ini saya tergabung dengan program Berdaya Hijau yang dilaksanakan oleh SCF - (Sulawesi Community Foundation). Program ini didanai oleh MCAI yang bertujuan peningkatan pendapatan masyarakat dan pengurangan gas rumah kaca.

Sejauh yang saya ketahui MCAI adalah lembaga hibah dari Amerika yang datang ke Indonesia dengan harapan warganya mau menanam pohon dan menjaganya, karena di negaranya sangat sulit menambah luasan daerah hijau. Dan juga Indonesia dikatakan sebagai paru-paru dunia. 

Kembali pada program berdaya hijau. Program ini juga sebenarnya ingin mengajak masyarakat untuk menanam pohon, meski pohon tersebut akan ditebang juga, tapi setidaknya dengan menanam maka bertambahlah penyumbang oksigen didunia.

Program Berdaya HIjau ini dilaksanakan di Kabupaten Luwu Timur, dengan mengambil 7 kecamatan. Masing-masing kecamatan tersebut adalah Kalaena, Mangkutana, Tomoni Timur, Tomoni, Angkona, Wotu, Burau. Program ini akan membentuk 1 Kelompok Tani Hutan Rakyat di tiap-tiap Kecamatan. Untuk saat ini telah ada 3 Kelompok Tani Hutan Rakyat, yang mana sudah terdapat anggota-anggota yang mempunyai lahan kayu. Kelompok ini berada pada Kecamatan Wotu, Kecamatan Burau, dan Kecamatan Mangkutana. 

Program Berdaya Hijau saat ini masih tahap sosialisasi dan observasi. Dalam kunjungan di beberapa desa, banyak yang mengapresiasi kegiatan ini. Akan tetapi mereka pun menyampaikan bahwa program seperti ini telah ada sebelumnya, dan mereka kecewa. Adapun yang menganggap bahwa program yang akan kami laksanakan sama dengan program pemerintah, "membawa uang dan janji". Kenapa harus begitu? Mari kita cari jawaban masing-masing yang memuaskan untuk diri sendiri.

Di beberapa desa telah banyak warga yang menanam pohon di lahannya, ada yang masih bertahan adapula yang sudah ditebang diganti dengan tanaman coklat yang lagi melonjak harganya. Menanam pohon adalah investasi untuk masa depan. Seperti yang dikatakan oleh salah satu pak desa yang muda,"kalau mau pergi merantau tanam pohon di lahanmu, kalau seandainya tidak berhasil, pulang saja ke kampung, jual pohon dan menikah saja". Sepertinya sejak dulu orang sudah tahu bahwa menanam pohon itu investasi untuk masa depan. 

Saat ini yang perlu dilakukan agar bisa mengajak warga untuk menanam pohon tanpa harus menebang tanaman yang sudah ada adalah dengan menanam di sekitaran lahan perkebunan. Akankah mereka mau? Untuk saat ini telah banyak yang bersedia. Dan 1 hal yang pasti, jika harga penjualan kayu ternyata tinggi, maka warga akan menanam kayu meski tidak di ajak.

Mungkin seperti itu, ulasan kerjaan yang saya lakukan disini...
Saya anak sospol ambil kuliah lanjutan kelautan sebelumnya berkecimpung di wilayah pendidikan dan sekarang berkeliaran di wilayah kehutanan.






Senin, 02 Mei 2016

M A C E T

Semua orang pasti pernah merasakan yang namanya macet, kecuali jika orang tersebut tidak pernah keluar rumah. Akh, berarti tidak semua yah.. hahaha..

Alasan macet bermacam-macam, ada yang karena jam pulang kantor, setelah hujan, nikahan, tempat putar kendaraan, dan satu hal yang pasti "demo", demo apapun itu, pasti macet.. ehh salah lagi, klo demo masak di dalam ruangan tidak masuk dalam kategori macet, kecuali yang demo masak itu istri presiden, bisa jadi.... macet.. hahaha..

cara terbaik untuk menghindari macet adalah ...
1. singgah di pinggir jalan sambil menikmati pemandangan macet.. hahaha.. itu kalo lagi kere, begitu saja, murah dan yaaaah begitulah..
2. klo punya duit agak lebih dikit, sekitar dua puluh ribu, bisa langsung cari warkop ato kafe yang menyediakan kursi dan meja, dan yang pasti colokan, tapi klo tidak bawa charger gadget, cukup cari tempat yang nyaman, duduk dan diam kek patung, hahaha.. agar tidak terlihat mblooo banget bisa langsung seolah-olah nelp dan melapor "macet".. hahaha
3. lain halnya klo kamu punya dana yang agak berlebih, bisa langsung nyari mall ato tempat-tempat hangout yang sekiranya duitnya bisa diambur-amburin.. hahahaha, jangan lupa ajak saya yah...
akakakakak..

sekian tips ancur ini se buat, lumayan, dari macet - tidak macet dan akhirnya pas mo balik ternyata sudah macet lagi...

sedihnyaaaa... sluuurp minum air rasa kopsus dulu dah..